TULUNGAGUNG – Hobi Bupati Tulungagung Heru Tjahjono memelihara aneka binatang di halaman pendapa, memakan dana tidak sedikit. Diperkirakan setahun mencapai Rp 210 juta yang berasal dari APBD. Jauh jika dibandingkan anggaran untuk Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang hanya sekitar 75 juta per tahun.
Hal itu diungkapkan Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tulungagung Abu Sofyan. “Masak biaya operasional untuk para ulama kalah besar dengan biaya perawatan 62 ekor kijang,” katanya saat menyerahkan bukti pernyataan sikap penolakan Ranperda Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol di Gedung DPRD Tulungagung beberapa waktu lalu.
Hal itu diungkapkan Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tulungagung Abu Sofyan. “Masak biaya operasional untuk para ulama kalah besar dengan biaya perawatan 62 ekor kijang,” katanya saat menyerahkan bukti pernyataan sikap penolakan Ranperda Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol di Gedung DPRD Tulungagung beberapa waktu lalu.
Abu Sofyan menuturkan, dana Rp 75 juta tidak serta merta diberikan kepada MUI. Namun dibagi dengan Badan Amil Zakat (BAZ). “Rinciannya, MUI hanya Rp 30 juta, sedangkan BAZ menerima Rp 20 juta. Itupun diterima setiap triwulan. Sedangkan sisanya, hingga saat ini masih belum kami terima,” keluhnya.
Abu Sofyan mengatakan, MUI membutuhkan dana yang tidak sedikit. Selain pengurus yang mencapai 427 (kabupaten 47 dan tiap kecamatan 20 pengurus), juga agenda MUI sangat padat. “Seperti seminar, kajian atau riset produk makanan yang halal atau haram. Atau mengkaji ajaran di Ngantru beberapa waktu lalu. Belum lagi biaya kendaraan operasional dan lain sebagainya,” katanya.
Untuk diketahui, di halaman depan kanan Pendapa Tulungagung terdapat “kebun binatang mini”.
Isinya, 62 kijang, aneka burung, penyu dan masih banyak lagi. Biasanya, masyarakat diperbolehkan melihat “koleksi” Heru Tjahjono pada tiap hari Minggu.
Kepala Bagian Umum Pemkab Tulungagung Sukadji dikonfirmasi terpisah membantah tudingan biaya “kebun binatang mini” Rp 210 juta.
“Siapa bilang memakan dana Rp 210 juta. Tidak benar itu. Setahu saya, alokasi untuk biaya perawatan 62 ekor kijang dalam sebulan sekitar Rp 4 juta. Yakni, untuk membeli pakan berupa rumput dan dedak (bekatul-red),” terangnya.
Sukadji menambahkan, pemkab Tulungagung menangkar 62 ekor kijang bukan sebagai upaya untuk menghambur-hamburkan dana APBD. Melainkan, untuk menciptakan wahana rekreasi. “Menangkar kijang itu tidak sembarangan. Harus mengantongi izin. Upaya kami juga bisa dikatakan berhasil. Buktinya, semula hanya 20 ekor kini menjadi 62 ekor,” paparnya ketika ditemui di pembukaan pasar murah di halaman Pemkab Tulungagung kemarin.
0 comments:
Post a Comment