Disuplai Rp 3 M, Jalan di Tempat

agropolitan tulungagung
Disuplai Rp 3 M, Jalan di Tempat

TULUNGAGUNG – Kegagalan program Agropolitan seluas 1.021,5 hektare di kawasan perbukitan Penampihan Desa Geger, Kecamatan Sendang, yang dicanangkan Pemkab Tulungagung, diakui dewan. Namun wakil rakyat tidak mau menyebut gagal, tapi dengan istilah jalan di tempat.
Hal tersebut diungkapkan Ketua Komisi II DPRD Tulung­agung, Zainudin Asngari. Menurut dia, program pengembangan usaha di bidang holtiklultura yang dicanangkan sejak tahun 2007, dinilai jalan di tempat. Hal itu karena pem­kab dinilai kurang serius dalam menangani program tersebut. “Kendati 2010 kemarin mendapat suntikan dana dari APBD Provinsi sebesar Rp 3 miliar, namun program agropolitan itu hanya jalan di tempat,” ujarnya.

Politisi dari Partai Kebangkitan Bangsa ini menambahkan, menyebut jalan di tempat karena bantuan dari provinsi tahun 2010 senilai Rp 3 miliar, itu tidak se­penuhnya diperuntukkan untuk program tersebut. “Hanya, kemarin ada upaya penanganan da­ri Badan Perencanaan Pemba­ngunan Daerah Tulungagung.
Yakni, mengajak Kelompok Tani Agro Bumi Lestari, Desa Geger, Kecamatan Sendang, untuk studi banding ke Pemalang Jawa Tengah,“katanya.

Zainudin menjelaskan, dalam agenda studi banding itu, para petani Sendang belajar lebih dalam terkait pengembangan usaha di bidang holtikultura ke petani di Pemalang. “Tujuan studi banding ini untuk menambah wawasan petani dalam bidang pertanian,” jelasnya.

Menurut Zainudin, sebenarnya sistem tanam yang dikembangkan kelompok tani Agro Bumi Lestari sudah relatif bagus. Namun, yang menjadikan ken­dala utama adalah pemasaran. “Untuk itu, komisi II meminta kepada eksekutif, di tahun 2011 ini untuk lebih serius dalam menangani program agropolitan,” tegasnya.

Pemkab Tulungagung, kata Zainudin, harus memperhatikan keberadaan hasil panen para petani. Yakni, setelah menanam, setidaknya eksekutif juga memfasilitasi terlebih dulu, sekaligus mencarikan pihak ketiga. Sehingga para petani dapat memasarkan hasil panennya secara langsung.
“Di Kabupaten Sidoarjo, saat ini terdapat pasar agro­politan. Harapan kami, hasil pertanian pe­tani Sendang juga masuk ke pasar di sana,”terangnya.

Tak hanya itu, faktor utama yang menjadikan program agro­politan jalan di tempat adalah, pendanaan tidak maksimal, meskipun program agropolitan sejatinya adalah program yang dicanangkan oleh pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten. “Intinya, dalam program ini dibutuhkan dana sharing. Namun, pada akhirnya tidak berjalan dengan bagus karena tidak ada keseriusan dari pemerintah pusat dan provinsi,” ungkapnya.
Dengan ketidakadanya ke­seriusan de­ngan pemerintah pusat maupun provinsi, otomatis dalam program ini Kabupaten Tulungagung menganggarkan secara parsial sesuai tupoksi di masing-masing SKPD. “Tahun 2010, sebenarnya mendapat suplai sebesar Rp 3 miliar dari pemerintah provinsi. Namun sayang tidak sepenuhnya dialokasikan di sana. Namun, lebih pada strategi menata le­bih lanjut,” jelasnya.

Sementara, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan (Bappeda) Kabupaten Tulungagung, Subardjo, membantah tudingan yang menyebutkan bahwa, program agropolitan yang berada di bukit penampihan Desa Geger, Kecamatan Sendang, itu jalan di tempat. Menurut dia, untuk mengembangkan potensi kawasan seluas 1.021,5 hektare itu, Pemkab Tulungagung memiliki tiga prioritas program unggulan. “Pengembangan agropolitan di sektor holtikultura masih sebatas rintisan saja, namun pengembangan utamanya adalah sektor peternakan,” katanya.

Mantan Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Tulungagung itu mengaku, wajar jika di kawasan agropolitan itu banyak ditemukan tanaman sejenis rumput gajah ataupun gandum. Hal itu, karena potensi utama masyarakat kawasan agropolitan adalah peternakan. “Di sekitar lokasi itu, setidaknya terdapat 4000 ternak sapi yang berpotensi besar menyuplai susu. Bahkan, di sekitar lokasi itu pemkab juga memproyeksikan program bio gas juga,”paparnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Pemkab Tulungagung gagal dalam membangun kawasan Agropolitan seluas 1.021,5 hektare di kawasan perbukitan Penampihan Desa Geger, Kecamatan Sendang. Padahal, program agropolitan yang dimulai sejak tahun 2008 itu, rencananya diprioritaskan untuk meningkatkan kesejahteraan pe­tani, khususnya di bidang holtikultura. Yakni, memanfaatkan potensi alam, dengan uji coba menanam 23 verietas tanaman sayuran meliputi, asparagus (baby green), bawang daun (bawang prey), brokoli (bunga kol hijau), cabe merah, cukini (blunceng korea), inter celly, jagung manis, kentang, ketela rambat, kobis hijau, kobis merah, kol bunga (broccoli putih), kol yates (kol keriting), papilo, petcay (sawi putih), sawi hijau, sawi pakcoi, selada merah, seledri, terong Jepang, tomat, dan wortel.

0 comments:

Post a Comment

Followers

 
© 2010 Koranku | Blogger.com