Kasnoto, 47, awak KM Sumanjaya Perkasa 07 mengatakan, cuaca buruk yang melanda Samudera Hindia terjadi sejak 14 Desember kemarin. Menurut dia, tingginya ombak memaksa nelayan untuk menyandarkan perahunya ke pantai. “Badai gelombang muncul dari arah barat laut. Tepatnya pada posisi antara 7 hingga 12 garis lintang utara, dan 100 hingga 115 bujur timur,” kata nelayan asal Muara Baru Jakarta Utara itu kemarin.
Pria kelahiran Pekalongan, Jawa Tengah itu menuturkan, tingginya gelombang memaksa 18 nelayan asal Muara Baru Jakarta Utara ikut menepi. “Jika gelombang berada kisaran 1 hingga 2 meter, mungkin kami masih bisa melaut. Tapi, untuk kali ini ombak mencapai 4 hingga 6 meter,” paparnya.
Kuswanto melanjutkan, sejumlah nelayan lain tetap memaksa untuk melaut, kendati ombak besar melanda.
“Satu buah kapal motor kemarin tenggelam di perairan wilayah Cilacap. Pasalnya, mereka tetap melaut kendati gelombang besar melanda Samudera Hindia,” katanya.
Buruknya cuaca yang melanda laut selatan beberapa pekan ini, kata dia, dimanfaatkan sejumlah nelayan untuk memperbaiki jaring, serta melengkapi perbekalan untuk melaut.
“Mumpung tidak ada aktivitas perburuan ikan, makannya dimanfaatkan untuk membenahi jaring serta belanja perbekalan. Pasalnya, nelayan kapal motor menepi kedaratan hanya 40 hari sekali,”ujarnya.
Cuaca yang tak bersahabat tersebut juga dikeluhkan pedagang ikan Pantai Popoh, yang bernama Sugimah. Dia mengaku, tangkapan ikan nelayan menjadi sepi. “Biasanya, setiap hari kami bisa menjual ikan segar sekitar 8 hingga 10 kilo. Namun, buruknya cuaca membuat kami hanya bisa menjual ikan 1 kilo,” paparnya.
0 comments:
Post a Comment